8.4.09

Duka itu masih ada



Pandanganku tak lepas dari pesawat TV, sambil kubesarkan volumenya terdengar suara sang penyiar,"

telah terjadi kecelakaan pesawat jenis Foker 27 di Landasan Udara Hussein Sastranegara, Bandung, menewaskan 24 orang, terdiri atas 6 kru pesawat dan 18 penumpang anggota Paskhas, termasuk siswa Diklat Paralayang Tempur TNI AU. Serasa diriku merinding dan kenanganku terbawa pada 18 tahun silam. Ya...tepatnya, Sabtu, 5 Oktober 1991, adiku juga mengalami kecelakaan pesawat hercules, waktu itu pesawat yang mengangkut prajurit Paskhas, jatuh dan terbakar dgn korban 135 orang. Adik-ku. tercatat sebagai siswa secaba dgn pendidikan lanjutan, di Bandung. Karena para paskhas (pasukan khusus TNI-AU), mayoritas tidak ada ditempat (Halim), sehingga untuk melengkapi devile senjata yang akan ditampilkan pada saat upacara HUT ABRI, maka para siswa dipanggil untuk menggantikan paskhas tersebut. Setelah upacara dgn pesawat Hercules tersebut akan diterbangkan ke Bandung, tetapi takdir berkata lain. Pesawat C-130 Hercules Skuadron 31 Angkatan Udara terempas jatuh, dan terbakar habis, setelah menabrak gedung Balai Latihan Kerja (BLK) di Condet, Jakarta Timur. Korban yang jatuh 133 orang prajurit TNI-AU, dan dua orang sipil yang tertimpa reruntuhan pesawat. Penyebab kecelakaan tidak jelas Kemungkinan kerusakan mesin tampaknya memang paling besar. Minggu jam 11 kami baru mendapat kabar secara jelas, bahwa adik terdaftar dalam manivest hercules yg kecelakaan tersebut. Saat menerima khabar ini ibu langsung Histeris dan akhirnya pingsan, saat itu aku masih semester 3, dan adikku yg bungsu masih mengikuti ospek di kampus Unair. Akhirnya kami bertiga (Aku, Ibu dan Ayah) berangkat ke Lanud Juanda Surabaya untuk bersiap ke jakarta dgn pesawat (lupa jenisnya) TNI-AU. tetapi pesawat tidak langsung ke Jakarta karena harus menjemput keluarga korban yg lain, dari Surabaya ke Malang, Madiun, Jogja lalu ke Jakarta. Sampai di Jakarta (Halim) menjelang magrib. Tampak berkibar bendera setengah tiang, suasana duka terasa begitu menyayat. Dan perjalanan dilanjutkan ke makam, setelah cukup lama akhirnya sampai di pemakaman, tetapi kami sudah tidak bisa melihat peti senazah adik-ku karena pasukan cangkul dan 2 buah buldozer sudah meratakan dan menimbun liang kubur. Karena sulit dikenali, jenazah para prajurit itu dimakamkan dalam satu liang di Taman Makam Bahagia, Pondok Aren, Cileduk, Tangerang.
18 belas tahun telah berlalu, tetapi seakan peristiwa itu baru terjadi, terlebih bila mendengar kasus kecelakaan pesawat, serasa hati ini pedih...mengingat kenangan ttg adik-ku, bendera setengah tiang tetap berkibar di hati kami sekeluarga dan duka itu masih ada untuk adik-ku Heldi Setio Nirmittawan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trims untuk Komentar Anda ....