3.11.08

susahnya cari PBB

Satu bulan setengah kami tinggal di Surabaya, sejak PBB (istilah lain untuk pembantu) rumah kami memutuskan untuk tidak kembali bekerja. Saat lebaran hari raya mbak Anik (pengasuh mas Bintang) "mudik" ke negeri asalnya (nganjuk) dan akan kembali bekerja satu minggu setelah lebaran, ternyata 2 hari dari hari yang dijanjikan mbak Anik tidak ada tanda-tanda untuk kembali, akhirnya saya coba telpon, ternyata jawaban yg diberikan sangat mengecewakan " ibu saya tidak bisa kembali kerja karena masih repot, " jawabnya. dan kutanya lagi kapan kira2 kembali ? nanti saya SMS lagi kalo sudah tidak repot, jawabnya lagi. Oh....walah..."PBB" jaman sekarang merasa posisinya sangat dibutuhkan akhirnya menjadi se-enaknya (tidak sopan). lalu aku jawab, jangan terlalu lama, kalo memang tidak bisa kembali ya cepat diputuskan, supaya saya bisa cari gantinya (dgn agak emosi saya matikan Hape). Esok harinya Hape saya berdering, hanya ada nomor tanpa nama, kuangkat, terdengar suara laki-laki" Bu, saya calonnya(calon suami) mbak Anik, mau bilang mbak Anik gak bisa kembali bekerja karena mau ikut saya ke Kalimantan".jawab saya : ohh..mau menikah ...?selamat (dgn agak dongkol dan kesal), lalu kututup Hape.
Sejak saat itu informasi kusebar " dibutuhkan PBB dgn kriteria sabar untuk mengasuh bayi laki-laki usia 9 bulan". Ke tetangga, teman kantor saya maupun teman kantor suami, bahkan ibu mertua juga saya minta untuk mencarikan PBB, dgn kriteria tersebut. Dan sementara belum ada PBB, mas bintang ditunggui ibu. Sebenarnya gak tega juga tapi bagaimana lagi, itu solusi sementara yang terbaik. Semoga keadaan ini tidak berlangsung lama, karena ibu saya juga sudah sepuh yang seharusnya banyak beristirahat tapi masih harus mengasuh cucu (ma'afkan ananda, bu) yang masih selalu merepotkan ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trims untuk Komentar Anda ....